Dahulu kala, di daerah Hulu Sungai ada sebuah keluarga
yang hidup dalam kekurangan. Walaupun hidup mereka susah, mereka tetap bahagia.
Keluarga itu terdiri dari sepasang suami isteri dan seorang anak lelaki mereka
yang bergelar Raden Pangantin. Orang tuanya sangat menyayangi Raden Pangantin.
Dia tumbuh menjadi seorag lelaki yang mandiri dan gagah. Dia juga sangat
penurut terhadap orang tuanya.
Di saat sudah dewasa, Raden Pangantin ingin mengembara ke
daerah lain untuk mencari nafkah untuk
membantu keuangan orang tuanya sekaligus mencari pengalaman. Dia juga ingin merasakan hidup mandiri tanpa bantuan orang tuanya. Ibunya tidak menyetujui niat Raden Pangantin tersebut. Ibunya takut terjadi sesuatu hal yang akan membuat Raden Pangantin sengsara di negeri orang. Lagipula ibunya tidak ingin kehilangan anak kesayangannya itu. Tapi, Raden Pangantin terus membujuk ibunya untuk melepaskan dia pergi mengembara dengan alasan dia ingin membuat ibu dan ayahnya hidup bahagia dan layak apabila dia telah mendapatkan uang yang banyak. Dia juga berjanji akan sering-sering pulang mengunjungi orang tuanya. Dengan berat hati ibu dan ayah Raden Pangantin mengijinkan anak mereka satu-satunya untuk pergi mencari kehidupan yang baru tanpa mereka disisinya.
membantu keuangan orang tuanya sekaligus mencari pengalaman. Dia juga ingin merasakan hidup mandiri tanpa bantuan orang tuanya. Ibunya tidak menyetujui niat Raden Pangantin tersebut. Ibunya takut terjadi sesuatu hal yang akan membuat Raden Pangantin sengsara di negeri orang. Lagipula ibunya tidak ingin kehilangan anak kesayangannya itu. Tapi, Raden Pangantin terus membujuk ibunya untuk melepaskan dia pergi mengembara dengan alasan dia ingin membuat ibu dan ayahnya hidup bahagia dan layak apabila dia telah mendapatkan uang yang banyak. Dia juga berjanji akan sering-sering pulang mengunjungi orang tuanya. Dengan berat hati ibu dan ayah Raden Pangantin mengijinkan anak mereka satu-satunya untuk pergi mencari kehidupan yang baru tanpa mereka disisinya.
Hari kepergian Raden Pangantin pun tiba. Dia diantar ibu
dan ayahnya menaiki kapal di pelabuhan. Linangan air mata orang tua dan anak
itu pun menjadi saksi kepergian Raden Pangantin. Ibunya berdoa agar Raden
Pangantin selalu diberi kesehatan dan menjadi orang yang sukses. Dia juga
berpesan kepada Raden Pangantin menepati janjinya untuk sering pulang menjenguk
ibu dan ayahnya di kampung. Kapal yang ditumpangi Raden Pangantin pun
berangkat. Mereka saling melambaikan tangan tanda perpisahan. Perlahan tapi
pasti, kapal Raden Pangantin semakin menjauh dari pelabuhan. Orang tuanya pun
pulang kerumah dengan keharuan.
Setiap malam, ibu dan ayah Raden Pangantin memanjatkan
doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar anak mereka, Raden Pangantin, selalu
dilindungi oleh-Nya dan diberi keselamatan dalam pengembaraannya. Tidak lupa
pula, mereka mendoakan Raden Pangantin agar secepatnya bisa pulang ke pangkuan
mereka kembali.
Waktu terus berganti, tetapi Raden Pangantin belum juga
kembali. Orang tuanya cemas akan keadaan Raden Pangantin. Mereka juga tidak
mendapat kabar dari orang-orang yang datang dipelabuhan tentang anak lelaki
mereka itu.
Hingga pada suatu hari, masyarakat di Hulu Sungai geger
dengan kedatangan sebuah kapal yang sangat indah dan megah. Anak buah kapalnya
pun tak terhitung jumlahnya dan terlihat mahir bekerja. Menurut kabar yang
beredar, pemilik kapal adalah seorang saudagar muda yang tampan dan gagah.
Isterinya pun cantik jelita dan berpakain mewah. Orang tua Raden Pangantin pun
penasaran dengan kapal dan siapa pemiliknya. Mereka pun bergegas mendatangi
pelabuhan. Sesampainya di pelabuhan, mereka melihat kapal yang megah tersebut
sedang dikerumuni orang banyak. Perlahan-lahan mereka maju mendekati kapal
tersebut. Betapa terkejutnya mereka, ternyata lelaki tampan dan gagah pemilik
kapal adalah Raden Pangantin, anak lelaki mereka yang sudak sekian lama
meninggalkan mereka untuk menjadi orang sukses. Dengan penuh harap dan rindu,
mereka memanggil-manggil nama anak lelaki mereka. Mereka terus memanggilnya,
berharap Raden Pangantin mendengar panggilan mereka dan segera pulang kerumah
bersama menantu mereka yang sangat cantik.
Tetapi, apa yang mereka harapkan berbanding terbalik
dengan kenyataan. Pemilik kapal, yang sebenarnya adalah Raden Pangantin putera
mereka, dengan ketus menjawab bahwa dia
tidak mempunyai orang tua macam itu. Kalaupun orang tuanya ada, mereka
tidak mungkin memakai pakaian yang lusuh dan kotor. Dengan sombongnya Raden
Pangantin berkata kepada pengawalnya untuk memberikan sekantong keping emas
kepada orang tua renta itu sebagai sedekah kepada orang miskin dan menyruh
mereka pergi dari hadapannya. Orang tua Raden Panganti terkejut melihat
kelakuan anaknya itu. Mereka sangat sedih dan kecewa melihat anaknya kini
menjadi manusia yang sombong dan tidak mengakui orang tuanya. Dengan sedih
mereka pergi dari pelabuhan dan kembali ke rumah dengan hati tersayat.
Dengan linangan air mata yang tak terbendung, ibu Raden
Pangantin berdoa kepada Tuhan. “Ya Tuhanku, jika benar lelaki itu bukan anakku,
peliharalah dia dan isterinya dari murka-Mu yang amat pedih dan selamatkan jiwa
mereka dan keturunanaya. Tapi, apabila dia memang benar-benar anakku, Raden
Pangantin, maka hukumlah dia dengan siksamu dan jangan pernah memaafkan dosa
anak durhaka itu”
Setelah ibu Raden Pangantin selesai berdoa, langit
tiba-tiba berubah menjadi amat gelap. Angin kencang datang. Hujan badai pun
datang tanpa henti. Kapal raden Pangantin yang sudah berada di tengah laut pun
tidak dapat menghindari badai besar tersebut. Raden Pangantin memerintahkan
anak buahnya untuk mengamankan kapal dari amukan badai. Raden Pangantn dan
isterinya berlindung di dalam kapal. Tetapi nasib malang menimpa kapal megah
Raden Pangantin. Karena badai yang amat dahsyat, kapal itu pun terbalik dan
pecah menjadi tiga bagian. Raden Pangantin dan isterinya pun terperangkap dalam
kapal terbalik itu.
Setelah badai reda, terlihat salah satu pecahan kapal
Raden Pangantin menjadi batu besar seperti gunung. Menurut cerita, pecahan
kapal itu masih ada sampai sekarang, dan menjadi gunung yang tinggi menjulang.
Gunung itu berada di kawasan wisata Pagat, Barabai, Hulu Sungai Tengah,
Kalimantan Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung :)